Dinginnya udara pagi membangunkanku
dari tidur yang tak lelap malam ini, bukan tak lelap karena hari wisuda yang
kunanti telah tiba, tapi tak lelap karena bayi mungil di rahimku tak bisa diam
di malam hari. Dia terus bergerak kesana-kemari, menginginkanku terbangun dan
bermain bersamanya, “Sssst,..malam ini harus bisa bobo nyenyak sayang, besok kita
berdua mau diwisuda”, bisikku padanya saat dia mulai menendang dan mengajakku
bermain di malam hari. Pelan kumulai hari dengan shalat subuh, mandi dan
bersiap untuk berangkat ke UPI bersama suami dan keluarga kecil yang terdiri
dari ayah, ibu serta adikku sesuai rencana.
Aku dan suami menginap di rumah
saudaraku di Bandung, ketika aku sudah mulai bersiap, kudapati kabar bahwa
adikku sakit demam sehingga ibu tidak bisa ikut menemani wisuda. Hmmmm,..
sungguh kenyataan yang tidak menyenangkan. Sakitnya adikku membuat kami merubah
rencana. Agenda foto bersama yang tadinya akan dilakukan di salah satu studio foto
di Jalan Setiabudi dirubah ke studio foto yang dekat ke daerah Cicaheum agar
ibuku bisa ikut foto bersama kemudian pulang tanpa harus mengikuti acara wisuda
di UPI. Sedikit menimbang akhirnya aku dan suamiku memutuskan untuk berfoto
bersama di JONAS Photo, salah satu studio foto yang bagus di Kota Bandung.
Rencana kami semula berangkat pukul sembilan, berfoto di Jonas, mengikuti acara
pelepasan dan foto bersama teman-teman Jurusan Pendidikan Matematika di JICA,
baru kemudian mengikuti acara resmi di Gymnasium UPI pada pukul 13.00 WIB.
Malang tak bisa dihindari, acara
yang telah kami jadwalkan tak bisa terjadi. Rias wajah dan hijab style yang
sebelumnya dijadwalkan selesai pukul sembilan malah baru dimulai pukul sembilan
dan berakhir pukul sepuluh. Kami berangkat ke Jonas dan tiba pukul 10.30 WIN.
Aku mendapat nomor antrian 21 untuk foto paket wisuda, sementara ketika kami
datang nomor antrian baru menunjukkan nomor 13 padahal kami harus sudah ada di
UPI maksimal pukul 13.00 WIB. Jarak Jonas-UPI yang lumayan jauh dan sitasi lalu
lintas yang padat karena wisuda membuat hatiku kebat-kebit dibuatnya. Takut tidak
bisa mengikuti acara wisuda di Gymnasium, heuuu,..
Tepat pukul 11.30 WIB aku dan
keluarga baru memasuki studio foto, kami berpose seadanya dengan pikiran yang
sudah tak fokus lagi, setelah dipilih tiga foto yang sesuai akhirnya kami
meluncur ke UPI dengan meninggalkan ibuku di pinggir jalan tanpa memberinya
arahan pulang, hehe…Mobil meluncur kencang, toga dan segala atribut yang telah
terpasang dari studio foto sama sekali tak kulepaskan, kami tiba di Jalan
Setiabudi pukul 12.50 WIB. Kondisi lalau lintas yang padat merayap membuatku
semakin khawatir tak sempat mengejar waktu, ketika waktu menunjukkan pukul
13.00 WIB dan mobil kami masih merayap untuk bisa masuk ke UPI. Kuputuskan
untuk turun menggunakan ojeg menuju UPI. Aku yang saat itu tengah hamil tua
dengan toga lengkap dan suami yang sudah berjas rapi menembus antrian mobil
dengan ojeg di tengah rintik hujan,fuuuuuh,..
Sesampainya di Gymnasium, kurasakan kakiku yang menggunakan wedges agak tinggi mulai pegal. Tanpa memedulikan kondisi sekitar kulepas sandal dan kujinjing menuju Gymnasium, sungguh memalukan,hehe,..
Sesampainya di Gymnasium, kurasakan kakiku yang menggunakan wedges agak tinggi mulai pegal. Tanpa memedulikan kondisi sekitar kulepas sandal dan kujinjing menuju Gymnasium, sungguh memalukan,hehe,..
Akhirnya kami tiba di Gymnasium
tepat waktu, saat itu wisudawan FPMIPA (fakultasku) tengah mulai merayap masuk
ke Gymnasium. Aku segera ikut berjejal di dalamnya didampingi suamiku. Ada rasa
sesak dan sesal karena acara wisuda yang kutunggu-tunggu ternyata harus
berjalan seperti ini. Hal yang lebih menyakitkan hati adalah ketika aku harus
menerima kenyataan bahwa di wisuda kali ini aku tidak memiliki kesempatan
banyak bersama teman-temanku. Semmoga Allah mempertemukan kita di lain waktu.
0 komentar:
Posting Komentar