Social Icons

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Kamis, 11 Oktober 2012

Pondasi Sebuah Hubungan


Oleh Anisa Wijayanti
            Menginjak masa remaja/ puber, setiap manusia mulai menyukai lawan jenisnya. Rasa suka itu mendorong kita untuk bisa dekat dengan orang yang kita sukai sampai akhirnya dengan pendekatan yang intensif si dia bisa ditaklukan dan resmi dalam satu hubungan pacaran.  Menginjak usia yang semakin dewasa, sebuah hubungan akan berakhir pada pernikahan dan pernikahan tidak bisa lagi dilandasi hanya dengan ketertarikan pada lawan jenis. Sebuah hubungan yang dibangun oleh dua orang yang saling mencintai harus disokong oleh pondasi-pondasi yang kuat diantaranya oleh kepercayaan, rasa tanggung jawab dan keberanian berkomitmen.

            Kepercayaan berarti sebuah keyakinan untuk menjalani kehidupan bersama orang yang telah kita pilih untuk seumur hidup kita. Tentu ini bukan hal yang mudah, menempatkan seseorang yang sejak kecil tumbuh di dunia yang berbeda dan punya pikiran yang berbeda sebagai seseorang yang kita yakini akan mendampingi sisa hidup kita mungkin terkadang akan menimbulkan keraguan, akankah kecocokan itu bertahan lama? atau akan terhapus seiring usia?. Ketika sebuah hubungan mulai berjalan dan kepercayaan mulai dipertanyakan, pondasi tanggung jawab akan mengingatkan kita dari berlari ke arah yang salah. Rasa tanggung jawab terhadap pasangan, dan keluarga yang telah dibangun, apalagi jika sudah disertai anak-anak akan cukup membuat langkah kita terhenti dari pengambilan keputusan yang salah atas dasar emosi atau kepercayaan yang tergerus waktu.
            Pondasi ketiga yang paling penting adalah komitmen. Komitmen yang di bangun oleh dua orang yang berjanji untuk hidup bersama disaksikan oleh Allah dan para malaaikat saat ijab qabul dilaksanakan. Sebuah janji suci pernikahan bukanlah suatu lelucon untuk dipermainkan oleh emosi. Saat berkomitmen, sudah seharusnya kita menyadari bahwa di dalamnya pasti akan ada banyak ujian. Layaknya seseorang yang masuk ke sebuah perguruan tinggi, sebenarnya saat mendaftar secara tidak sadar dia telah mengatakan “Silahkan beri aku tugas-tugas dan ujian agar aku bisa menjadi lulusan yang baik”. Pernikahan pun begitu, ketika komitmen terucap sesungguhnya kita telah siap menghadapi ujian agar bisa tumbuh menjadi orang yang semakin dewasa dan semakin baik untuk bisa mencetak/ melahirkan generasi penerus yang baik. Maka, setelah komitmen diucapkan, masihkah kita layak mengeluh saat mendapatkan masalah? Bukankah itu adalah sebuah pilihan yang teah kita ambil?
Mari belajar untuk semakin menguatkan pondasi dalam hubungan yang telah kita jalin bersama orang yang kita cintai. Penulis juga masih belajar untuk itu, :)


0 komentar:

Posting Komentar