Social Icons

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Sabtu, 26 November 2011

Titik


Kucari titik,
di kedalaman hati,
 di antara tumpukan jerami
hingga ke pantai yang tak bertepi
tapi dimanapun,titik itu tak kujumpai
mungkinkah ku tak tahu apa yang kucari?
Di titik mana akau akan berhenti
Biarlah waktu yang membuatku memahami
Hingga semua orang, juga akan mengerti

Jumat, 25 November 2011

Jiwa yang Telah Lama Mati

Menatapi langit biru
Lelaki itu masih tetap termenung dengan asap mengepul
Keluar dari rongga mulut dengan bibir menghitam
Berfikir sejenak akan masa lalunya yang kelam
Terfikir akan anaknya yang telah lama ia tinggalkan
Dalam dingin sebuah rumah berdinding koran
Di bawah jembatan
Teringat
Tangis istrinya yang terisak
Dalam kesabarannya yang telah terdesak
Hingga akhirnya memilih pergi
Menjauh dari penat
Meninggalkan kehidupannya yang jauh dari hangat
Kini, lelaki paruh baya itu sendiri
Tanpa istri, tanpa anak yang dia cintai
Kerasnya kehidupan membuat batinnya menghitam
Melumatkan sejumput kasih sayang
Memberi bekal pada anaknya dengan sebuah kenyataan akan kerasnya kehidupan
Lelaki itu sendiri
Dalam nafas yang semakin tersenggal
Menunggu mati
Dalam sepi
Bersama jiwa itu telah lama mati

Oleh Anisa Wijayanti

Alam yang menghitam

Berkataku pada alam

Apa gerangan yang kau inginkan?
Adakah kau tengah bosan menerima perlakuan kasar sebagai buah dari ketamakan?
Ketika tawamu yang terkekeh telah membuat bumi ini merekah dan puluhan bangunan menjadi goyah
Hingga manusia berusaha menyelamatkan diri dengan susah payah
Ketika tangismu mulai pecah, mengalir deras dan semakin deras
Menyapu segala apapun yang ada di atas punuk bumimu
Ketika kemarahanmu terpancar pada aliran lahar yang melumatkan kehidupan
Apa lagi yang bisa kami lakukan?
Kami yang membuatmu menghitam
Dan kami pula yang kini ketakutan

Tak Mudah

-->
Guru bukanlah sosok yang mudah
Harus jadi teladan
 Tak boleh melakukan kesalahan
Saat aku mengucapkan “Kebenaran”,
Murid-murid tetap membantah
Saat aku mulai lengah
Mereka menuntut profesionalisme kerjaku
Apakah guru tak boleh salah?
Meski aku tahu
Guru adalah sosok yang harus digugu dan ditiru
Tetap saja….
Menjadi guru yang sempurna
Tidaklah mudah bagiku
Murid-muridku,
Boleh saja kau mencelaku
Tapi aku akan terus menjaga
Profesionalisme kerjaku
Sebagai guru
Aku hanya ingin…..
Anak didiku maju

Catatan di hari guru 25 November 2011













Memaksimalkan Pemahaman Konsep Matematika Pada Tingkat Dasar Melalui Penggunaan Alat Peraga


 

Matematika bukanlah pelajaran yang mudah. Itulah yang ada di benak sebagian besar pelajar Indonesia. Sebagian besar pelajar di Indonesia menganggap Matematika sangat sulit dipelajari, menegangkan dan membosankan. Mengapa demikian? karena begitulah kenyataannya. Matematika bukanlah pelajaran yang bisa dimengerti dan dipahami begitu saja. Perlu keuletan, kesabaran, ketelitian dan analisis yang mendalam untuk bisa memahaminya.  Tapi seperti apapun sulitnya Matematika, dia tetaplah primadona di bidang ilmu pengetahuan. Matematika adalah bahasa ilmu pengetahuan artinya Matematika adalah ilmu yang bisa menjadi jalan untuk mempelajari ilmu yang lain seperti penghitungan dalam ilmu ekonomi, bahkan penarikan kesimpulan terhadap suatu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari pun merupakan proses bermatematika. Jadi seperti apapun sulitnya Matematika, Matematika tetaplah pelajaran wajib yang penting dan tak bisa dihindari oleh semua pelajar di negeri ini. Indonesia.

The Influence of Hands on Activities to Understanding the Concept of Mathematics in Elementary School

-->
In process of learning mathematics we are know that to understand it is not easy, we need spirit and the process of critic thinking highly and we know that mostly student in our country, Indonesia not really like mathematics. However, mathematics is the important lesson because mathematics is language of knowledge. Actually where is the root of these problems? Why the student in Indonesia was judge that mathematics is so difficult, hard to study and not enjoying to study? Because they not enjoy in process of learning mathematics and not understand the concept of mathematics from beginning.

Memaksimalkan Pemahaman Konsep Matematika Pada Tingkat Sekolah Dasar Melalui Penggunaan Alat Peraga


Anisa Wijayanti
(Universitas Pendidikan Indonesia)
Abstrak
            Matematika bukanlah pelajaran yang mudah. Itulah yang terekam dalam benak sebagian besar pelajar di Indonesia. Jika ditelaah lebih lanjut paradigma ini terbentuk karena kesalahan dalam pengenalan Matematika sejak tingkat sekolah dasar, jadi untuk menanamkan ketertarikan terhadap mata pelajaran Matematika perlu dilakukan metode yang benar dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak dalam proses pembelajaran Matematika sehingga diharapkan dengan pemahaman konsep Matematika yang benar sejak awal maka siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep Matematika yang lebih rumit pada tingkat selanjutnya karena proses mempelajari Matematika adalah sebuah proses yang berkesinambungan satu sama lain.
 Salah satu metode yang tepat untuk memaksimalkan proses belajar Matematika pada tingkat sekolah dasar adalah dengan penggunaan alat peraga. Hal ini didasarkan pada teori tentang tahapan perkembangan anak dari Jean Piaget dan Jerome Bruner yang mengungkapkan bahwa pada tingkat sekolah dasar anak baru sampai pada tahap operasional konkrit dan tahap ikonik.
Kata kunci : Pemahaman Matematika, Matematika tingkat sekolah dasar dan alat peraga.
PENDAHULUAN
Matematika adalah mata pelajaran wajib di sekolah yang membutuhkan perhatian khusus karena kebanyakan pelajar memiliki masalah dengan matematika. Jika ditelaah lebih lanjut sebenarnya pola pikir yang mengatakan bahwa matematika itu sulit, membosankan dan tidak bisa dipahami berakar pada pola pengenalan matematika terhadap siswa sejak awal. Di Indonesia sistem pendidikan kebanyakan masih menggunakan teori Behaviorisme.
 Dalam teori Behaviorisme anak dipandang sebagai pribadi pasif yang kosong dan guru bertindak sebagai pentransfer ilmu yang menjejali siswa dengan ilmu pengetahuan yang guru miliki. Padahal sebenarnya pada masa sekolah dasar anak belum bisa menangkap inti permasalahan yang abstrak, anak baru bisa menerima segala sesuatu yang benar-benar nyata. Jika anak dipaksakan untuk memahami pola-pola abstrak dengan teori belajar behaviorisme melalui metode ceramah, akhirnya akan timbul ketidakpahaman yang menumpuk yang berakibat pada kejemuan dalam proses pembelajaran Matematika.

PEMBAHASAN
KAJIAN PUSTAKA
Tahapan Perkembangan anak tentu memengaruhi proses pembelajaran. Kesuksesan proses pembelajaran akan dicapai jika metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengaan tahapan perkembangan anak. Jean Piaget (2007:6) mengemukakan mengenai perkembangan kognitif anak. Jean Piaget membaginya menjadi empat tahap, yakni:
a.       Tahap sensinomotor (0-2 tahun)
Pada tahapan ini anak mengembangkan konsep dasar melalui interaksi fisik. Tingkah laku anak pada tahap ini dikendalikan oleh perasaan dan aktivitas motorik. Pengenalan anak terbatas pada benda konkrit.
b.      Tahap Preoprasional (2-7 tahun )
Ciri pokok perkembangan pada penguasaan simbol atau bahasa tanda termasuk simbol verbal dan mulai berkembangnya konsep intuitif (pengetahuan langsung tanpa kesadaran terlihat dalam persiapan berpikir).
c.       Tahap operasional konkrit (7-11 tahun)
Operasional adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada dalam dirinya. Anak sudah berfikir model kemungkinan dalam melakukan kegiatan tertentu. Anak telah memiliki kecakapan logis hanya dengan benda benda konkrit. Anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah.  Anak dapat membandingkan pendapat orang lain walaupun hanya terbatas pada masalah konkrit.
d.      Tahap operasional formal (11-18 tahun)
Anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berfikir      kemungkinan. Anak dapat bekerja secara enaktif dan sistematis, menganalisis secara kombinasi menentukan macam-macam proporsi serta menarik generalisasi secara mendasar.

Jerome Bruner (Nurul Aprianti, 2006: 6) menyatakan bahwa tahap perkembanganadalah sebagai berikut.
a.       Tahap enaktif
Tahapan dimana seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitar. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalanya, melalui sentuhan gigitan, pegangan dsb.
b.      Tahapan ikonik
Seseorang memahami objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi verbal. Artinya, memahami dunia sekitar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi)
c.       Tahap simbolik
Seseorang telah mampu memiliki ide-ide gagasan abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa logika dan matematika. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan sistem simbol.

ALAT PERAGA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Salah satu cara untuk meminimalkan hambatan dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan cara yang tepat. Diantaranya dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dikarenakan matematika mempunyai kajian yang bersifat abstrak sehingga terkadang sulit dipahami.
Berdasarkan teori perkembangan anak dari Jean Piaget dan Jerome Bruner kita dapat menyimpulkan bahwa dalam memahami suatu hal, anak pada tingkat sekolah dasar yang masih berusia 7-11 tahun masih memerlukan benda-benda konkrit seperti alat peraga untuk sebagai media visualisasi konsep matematika.
Aprianti (Sudjana, 2006:8)  berpendapat bahwa dengan menggunakan alat peraga dapat menambah minat dan perhatian siswa untuk belajar serta memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada diri siswa. Ada beberapa pendapat para pakar pendidikan mengenai alat peraga. Berikut ini disajikan beberapa pengertian mengenai alat peraga mnurut para ahli.
a.       Darhim menyatakan bahwa alat peraga adalah alat yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah tertuang dalam GBPP dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b.      Anderson berpendapat bahwa alat peraga sebagai media / perlengkapan yang digunakan untuk membantu guru mengajar.
c.       Menurut tim PKG: Alat peraga merupakan benda-benda konkret sebagai model dan ide-ide matematika dan untuk penerapanya.
d.      Menurut Rahman Natawijaya, alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap    yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Alat peraga ini dapat berupa benda ataupun perilaku.
Nurul Aprilianti (2006:11) mengungkapkan bahwa fungsi atau manfaat alat peraga yaitu :
a.       Anak akan lebih gembira dalam mengikuti proses pembelajaran.
b.      Dengan disajikannya konsep abstrak menjadi lebih konkret maka anak akan lebih mudah memahami dan mengerti.
c.       Dapat membantu daya tilik ruang.
d.      Anak akan lebih memahami hubungan antara materi yang disampaikan dengan  benda-benda disekitarnya.
e.       Memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih bervariasi.
f.       Menciptakan situasi belajar yang berkesan.

Menurut E. T Ruseffendi ( Nikmah 2005:9), beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga untuk pembelajaran adalah :
     a. Tahan lama.
     b. Bentuk dan warna menarik.
     c. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit).
     d. Ukuran sesuai (seimbang) dengan kondisi fisik anak / siswa.
     e. Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar
        atau diagram.
     f. Sesuai dengan konsep pada matematika.
     g. Dapat memperjelas konsep matematika.
     h. Dapat menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak siswa.

Agar pemanfaatan atau penggunaan media/alat peraga dalam pembelajaran efektif, maka strategi pendayagunaanya harus memperhatikan kesesuaian media / alat peraga dengan :
a. Tujuan dan target pembelajaran.
b. Materi yang akan disampaikan.
c. Strategi pembelajaran (metode, pendekatan).
d. Kondisi ruang kelas, waktu, banyak siswa.
e. Kebutuhan dan karakteristik siswa.

PENUTUP
Kesimpulan
Proses pembelajaran Matematika akan lebih efektif jika menggunakan metode yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Siswa pada tingkat sekolah dasar baru bisa memahami konsep, ide dan masalah-masalah melalui benda-benda konkrit. Penggunaan alat peraga dipandang sebagai salah satu solusi sebagai media untuk mempermudah dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep Matematika.

Saran
Bagi penulis sebagai calon guru Matematika khususnya, diharapkan penulisan jurnal ini dapat menjadi masukan yang baik dalam memilih metode dan strategi pengajaran kelak. Metode pengajaran harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA         
Aprilianti, Nurul.(2006). Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui Benda Konkrit di Kelas Rendah.Tugas Akhir Program DII PGSD. Semarang: tidak diterbitkan
Nikmah, Maftuhatin.(2005).Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Uang Dalam Pokok Bahasan Uang.Tugas Akhir Program Strata I Pendidikan Matematika.Semarang: tidak diterbitkan.
Ochie.(2009). Masalah Belajar Matematika. Google [Online]. Tersedia di http://kompas.com/forum.
Simba.(2009). Masalah Belajar Matematika. Google [Online] Tersedia di http://kompas.com/forum.
Valent.(2009). Kesulitan Belajar Matematika. Google [Online] Tersedia di http://p4matematika.com/forum.
Vika. (2009). Masalah Belajar Matematika. Google [Online]. Tersedia di http://kompas.com/forum.
Yusuf, Syamsu.(2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda. Karya.