Social Icons

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jumat, 25 November 2011

Memaksimalkan Pemahaman Konsep Matematika Pada Tingkat Sekolah Dasar Melalui Penggunaan Alat Peraga


Anisa Wijayanti
(Universitas Pendidikan Indonesia)
Abstrak
            Matematika bukanlah pelajaran yang mudah. Itulah yang terekam dalam benak sebagian besar pelajar di Indonesia. Jika ditelaah lebih lanjut paradigma ini terbentuk karena kesalahan dalam pengenalan Matematika sejak tingkat sekolah dasar, jadi untuk menanamkan ketertarikan terhadap mata pelajaran Matematika perlu dilakukan metode yang benar dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak dalam proses pembelajaran Matematika sehingga diharapkan dengan pemahaman konsep Matematika yang benar sejak awal maka siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep Matematika yang lebih rumit pada tingkat selanjutnya karena proses mempelajari Matematika adalah sebuah proses yang berkesinambungan satu sama lain.
 Salah satu metode yang tepat untuk memaksimalkan proses belajar Matematika pada tingkat sekolah dasar adalah dengan penggunaan alat peraga. Hal ini didasarkan pada teori tentang tahapan perkembangan anak dari Jean Piaget dan Jerome Bruner yang mengungkapkan bahwa pada tingkat sekolah dasar anak baru sampai pada tahap operasional konkrit dan tahap ikonik.
Kata kunci : Pemahaman Matematika, Matematika tingkat sekolah dasar dan alat peraga.
PENDAHULUAN
Matematika adalah mata pelajaran wajib di sekolah yang membutuhkan perhatian khusus karena kebanyakan pelajar memiliki masalah dengan matematika. Jika ditelaah lebih lanjut sebenarnya pola pikir yang mengatakan bahwa matematika itu sulit, membosankan dan tidak bisa dipahami berakar pada pola pengenalan matematika terhadap siswa sejak awal. Di Indonesia sistem pendidikan kebanyakan masih menggunakan teori Behaviorisme.
 Dalam teori Behaviorisme anak dipandang sebagai pribadi pasif yang kosong dan guru bertindak sebagai pentransfer ilmu yang menjejali siswa dengan ilmu pengetahuan yang guru miliki. Padahal sebenarnya pada masa sekolah dasar anak belum bisa menangkap inti permasalahan yang abstrak, anak baru bisa menerima segala sesuatu yang benar-benar nyata. Jika anak dipaksakan untuk memahami pola-pola abstrak dengan teori belajar behaviorisme melalui metode ceramah, akhirnya akan timbul ketidakpahaman yang menumpuk yang berakibat pada kejemuan dalam proses pembelajaran Matematika.

PEMBAHASAN
KAJIAN PUSTAKA
Tahapan Perkembangan anak tentu memengaruhi proses pembelajaran. Kesuksesan proses pembelajaran akan dicapai jika metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengaan tahapan perkembangan anak. Jean Piaget (2007:6) mengemukakan mengenai perkembangan kognitif anak. Jean Piaget membaginya menjadi empat tahap, yakni:
a.       Tahap sensinomotor (0-2 tahun)
Pada tahapan ini anak mengembangkan konsep dasar melalui interaksi fisik. Tingkah laku anak pada tahap ini dikendalikan oleh perasaan dan aktivitas motorik. Pengenalan anak terbatas pada benda konkrit.
b.      Tahap Preoprasional (2-7 tahun )
Ciri pokok perkembangan pada penguasaan simbol atau bahasa tanda termasuk simbol verbal dan mulai berkembangnya konsep intuitif (pengetahuan langsung tanpa kesadaran terlihat dalam persiapan berpikir).
c.       Tahap operasional konkrit (7-11 tahun)
Operasional adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada dalam dirinya. Anak sudah berfikir model kemungkinan dalam melakukan kegiatan tertentu. Anak telah memiliki kecakapan logis hanya dengan benda benda konkrit. Anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah.  Anak dapat membandingkan pendapat orang lain walaupun hanya terbatas pada masalah konkrit.
d.      Tahap operasional formal (11-18 tahun)
Anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berfikir      kemungkinan. Anak dapat bekerja secara enaktif dan sistematis, menganalisis secara kombinasi menentukan macam-macam proporsi serta menarik generalisasi secara mendasar.

Jerome Bruner (Nurul Aprianti, 2006: 6) menyatakan bahwa tahap perkembanganadalah sebagai berikut.
a.       Tahap enaktif
Tahapan dimana seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitar. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalanya, melalui sentuhan gigitan, pegangan dsb.
b.      Tahapan ikonik
Seseorang memahami objek atau dunianya melalui gambar dan visualisasi verbal. Artinya, memahami dunia sekitar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi)
c.       Tahap simbolik
Seseorang telah mampu memiliki ide-ide gagasan abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa logika dan matematika. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan sistem simbol.

ALAT PERAGA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Salah satu cara untuk meminimalkan hambatan dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan cara yang tepat. Diantaranya dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dikarenakan matematika mempunyai kajian yang bersifat abstrak sehingga terkadang sulit dipahami.
Berdasarkan teori perkembangan anak dari Jean Piaget dan Jerome Bruner kita dapat menyimpulkan bahwa dalam memahami suatu hal, anak pada tingkat sekolah dasar yang masih berusia 7-11 tahun masih memerlukan benda-benda konkrit seperti alat peraga untuk sebagai media visualisasi konsep matematika.
Aprianti (Sudjana, 2006:8)  berpendapat bahwa dengan menggunakan alat peraga dapat menambah minat dan perhatian siswa untuk belajar serta memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada diri siswa. Ada beberapa pendapat para pakar pendidikan mengenai alat peraga. Berikut ini disajikan beberapa pengertian mengenai alat peraga mnurut para ahli.
a.       Darhim menyatakan bahwa alat peraga adalah alat yang penggunaanya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah tertuang dalam GBPP dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b.      Anderson berpendapat bahwa alat peraga sebagai media / perlengkapan yang digunakan untuk membantu guru mengajar.
c.       Menurut tim PKG: Alat peraga merupakan benda-benda konkret sebagai model dan ide-ide matematika dan untuk penerapanya.
d.      Menurut Rahman Natawijaya, alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap    yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Alat peraga ini dapat berupa benda ataupun perilaku.
Nurul Aprilianti (2006:11) mengungkapkan bahwa fungsi atau manfaat alat peraga yaitu :
a.       Anak akan lebih gembira dalam mengikuti proses pembelajaran.
b.      Dengan disajikannya konsep abstrak menjadi lebih konkret maka anak akan lebih mudah memahami dan mengerti.
c.       Dapat membantu daya tilik ruang.
d.      Anak akan lebih memahami hubungan antara materi yang disampaikan dengan  benda-benda disekitarnya.
e.       Memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih bervariasi.
f.       Menciptakan situasi belajar yang berkesan.

Menurut E. T Ruseffendi ( Nikmah 2005:9), beberapa persyaratan yang harus dimiliki alat peraga untuk pembelajaran adalah :
     a. Tahan lama.
     b. Bentuk dan warna menarik.
     c. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit).
     d. Ukuran sesuai (seimbang) dengan kondisi fisik anak / siswa.
     e. Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar
        atau diagram.
     f. Sesuai dengan konsep pada matematika.
     g. Dapat memperjelas konsep matematika.
     h. Dapat menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak siswa.

Agar pemanfaatan atau penggunaan media/alat peraga dalam pembelajaran efektif, maka strategi pendayagunaanya harus memperhatikan kesesuaian media / alat peraga dengan :
a. Tujuan dan target pembelajaran.
b. Materi yang akan disampaikan.
c. Strategi pembelajaran (metode, pendekatan).
d. Kondisi ruang kelas, waktu, banyak siswa.
e. Kebutuhan dan karakteristik siswa.

PENUTUP
Kesimpulan
Proses pembelajaran Matematika akan lebih efektif jika menggunakan metode yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Siswa pada tingkat sekolah dasar baru bisa memahami konsep, ide dan masalah-masalah melalui benda-benda konkrit. Penggunaan alat peraga dipandang sebagai salah satu solusi sebagai media untuk mempermudah dan meningkatkan pemahaman terhadap konsep Matematika.

Saran
Bagi penulis sebagai calon guru Matematika khususnya, diharapkan penulisan jurnal ini dapat menjadi masukan yang baik dalam memilih metode dan strategi pengajaran kelak. Metode pengajaran harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA         
Aprilianti, Nurul.(2006). Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui Benda Konkrit di Kelas Rendah.Tugas Akhir Program DII PGSD. Semarang: tidak diterbitkan
Nikmah, Maftuhatin.(2005).Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Uang Dalam Pokok Bahasan Uang.Tugas Akhir Program Strata I Pendidikan Matematika.Semarang: tidak diterbitkan.
Ochie.(2009). Masalah Belajar Matematika. Google [Online]. Tersedia di http://kompas.com/forum.
Simba.(2009). Masalah Belajar Matematika. Google [Online] Tersedia di http://kompas.com/forum.
Valent.(2009). Kesulitan Belajar Matematika. Google [Online] Tersedia di http://p4matematika.com/forum.
Vika. (2009). Masalah Belajar Matematika. Google [Online]. Tersedia di http://kompas.com/forum.
Yusuf, Syamsu.(2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda. Karya.

0 komentar:

Posting Komentar