Terkadang kita tidak menyadari bahwa kehidupan yang dijalani tak akan luput dari masalah yang melahirkan kebencian dan kemarahan. Amarah dan kebencian adalah salah satu penyakit hati yang akan menggerogoti jiwa bahkan raga. Kebencian dan amarah membuat tubuh tegang dan menyebabkan penyakit. Jika ditelaah lebih lanjut, inti dari peenyebab amarah atau kebencian itu muncul adalah karena apa yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ketidaksesuaian yang tidak disertai dengan kelapangan dan keikhlasan hati membuat hati menjadi mudah terbakar emosi.
Harus diakui jika membuat hati yang lapang dan ikhlas tidaklah mudah. Sebagai manusia kita terkadang menuntut sebuah kehidupan sesuai dengan apa yang kita inginkan dan kita rencanakan. Ekspektasi yang terlalu tinggi pada manusia juga akan membuahkan kekecewaan dan kemarahan, karenanya tidaklah kita harus berharap selain kepada Allah karena harapan pada manusia pasti akan berbuah kekecewaan sebab manusia adalah gudang kesalahan sementara kesempurnaan hanyalah milik Allah. Berharap kepada suami misalnya, ketika kita memasak semata-mata untuk mendapatkan pujian dari suami maka seketika itu pula kita akan kecewa, marah dan benci ketika masakan yang dibuat menuai kritik atau tidak disukai olehnya. Hal ini tidak akan terjadi jika kita memasak hanya karena mengharap ridha Allah dan untuk memenuhi kewajiban seorang istri demi menyenangkan hati suami. Jika niatnya sudah seperti ini maka pujian dari suami hanyalah sebagai bonus selain pahala yang didapatkan karena niat yang benar.
Pemaparan
di atas dilakukan untuk mencegah rasa marah atau benci itu muncul. Lantas, apa
yang harus dilakukan ketika kebencian telah terlanjur melumuri dan menggerogoti
hati?. Pertama ingatlah bahwa hidup masih sangat kompleks dan membutuhkan
pemikiran yang fokus dan mendalam. Kebencian pada orang lain hanya akan
menyia-nyiakan waktu, tenaga dan pikiran pada sesuatu yang sia-sia. Padahal,
bisa saja orang yang tengah dipikirkan mati-matian itu tengah bersenang-senang
diluar sana sementara kita sibuk memikirkan kebencian padanya. Kedua ingatlah
bahwa hidup yang ada hari ini adalah anugerah dari Allah. Kita tidak pernah
tahu apakah hari esok masih ada untuk kita, karenanya sungguh sia-sia jika kita
menghabiskan hari ini dengan kebencian pada orang lain tanpa menikmati hari
yang Allah anugerahkan. Ketiga, jika kebencian itu datang karena kekecewaan
atas ketidaksesuaian kenyataan dengan apa yang kita inginkan, pikirkan kembali
seberapa persen ketidaksesuaian itu ada dalam hidup kita. Bukankah jika
dihitung dan dibandingkan lebih banyak yang sesuai daripada yang tidak sesuai?.
Kemampuan berpikir seperti ini akan membuat kita malu kepada Allah jika harus
menghabiskan setiap desah nafas yang Allah anugerahkan untuk sebuah kebencian.
Terakhir,
mari kita sama-sama belajar untuk memiliki hati yang lapang. Penulis menulis
ini bukan berarti telah memiliki hati yang lapang yang sudah bisa terlepas dari
kebencian dan amarah. Justru penulis belajar dari apa yang telah penulis
rasakan sendiri mengenai kebencian dan amarah. Mari kita semangat memperbaiki
diri! Semoga Allah menuntun dan memberi jalan atas niat baik kita. Amiin.
0 komentar:
Posting Komentar