Disadari atau tidak,
terkadang sebagian orang terjebak dalam bayang-bayang masa lalu baik kenangan
dengan si dia yang gagal di tengah jalan ataupun kenangan manis bersama sahabat
lama yang biasa kesana kemari bersama-sama saat kuliah atau sekolah. Hal itu
juga saya alami dimasa awal pernikahan dimana saya baru menyelesaikan kuliah
dan menjadi ibu rumah tangga yang total berdiam diri di rumah. Tinggal
berjauhan dengan suami mungkin menjadi salah satu penyebabnya juga, kenangan akan
kehadiran lima sahabat semasa kuliah dan kebebasan saat masih sendiri kerap
menghantui rasa untuk kembali kemasa silam. Namun, tentu keinginan ini tak
mungkin untuk diwujudkan karena hidup telah mengantarkan kepada perubahan.
Hal yang lebih parah
lagi mungkin menghantui para jomblowan-jomblowati yang baru saja putus dari si
dia yang telah bertahun-tahun merajut hari bersama. Hari-hari yang indah bersama si dia tiba-tiba
berubah suram dan tak lagi menyenangkan. Sebenarnya apa yang menyebabkan kita
terjebak dalam kenangan?. Menikmati kegalauan dan kegamangan menjadi salah satu
penyebabnya. Galau atau gamang adalah sebuah perasaan yang indah bagi para
penikmatnya yang merasa kegalauan itu membuatnya berada di zona nyaman untuk
meratapi kesedihan. Berbagi cerita tentang kepedihannya membuat dia merasa
menjadi orang paling menderita dan layak dikasihani. Tapi harus kita sadari
bahwa sesungguhnya oranglain tak pernah benar-benar bisa merasakan semua
kepedihan itu. semua orang bahkan orang terdekat sekalipun hanya bisa
bersimpati dan membantu secara teknis tanpa benar-benar mampu mengobati rasa
pedih dalam hati kita jadi segeralah bergerak dari kegalauan dan jangan pernah
menikmatinya karena dengan menikmati kegalauan kita hanya akan menyia-nyiakan
banyak dari waktu kita yang berharga.
Bagaimana bagi si
penikmat masa lalu karena masa kini yang dirasa lebih buruk dari masa lalunya?
Nah, jika kasusnya seperti ini, kemungkinan terbesarnya adalah karena si
penikmat masa lalu ini tak mampu membuka diri untuk bertemu orang baru dan
merajut kenangan serta impian baru dengan orang-orang yang jelas-jelas ada
dalam kehidupaannya saat ini. Bagi yang kasusnya seperti ini (termasuk saya)
yang agak sulit terbuka dan bergaul, ada baiknya kita mencari komunitas yang
tepat bisa dari hobi atau hal-hal positif yang bisa dilakukan misalnya dengan
mengikuti pengajian yang secara tidak langsung akan membuat kita bertemu
orang-orang baru. Memang, agak sulit menemukan kebebasan dan kebahagiaan
bersama teman atau sahabat di tempat yang baru apalagi bagi orang yang telah
berkeluarga. Tentu tak sama aktivitas yang bisa dilakukan saat masih single dan
sudah berkeluarga. Hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengikat
kenangan masa lajang di kotak hati terdalam dan segera membuat kotak baru
bernama keluarga. Meskipun, bagi anda yang baru berumah tangga terkadang agak
sulit menikmati kegiatan para ibu-ibu seperti arisan dan kegiatan ibu-ibu
lainnya. Tapi tenanglah, semua akan bisa anda nikmati seiring berjalannya waktu
asal anda mau terbuka dan berusaha menikmatinya (dalam hal ini saya sedang
menasehati diri saya sendiri juga).
Kasus yang lain adalah
orang-orang yang terjebak dalam kenangan akan daerah kelahirannya. Hal ini
menimpa orang-orang yang merantau. Perasaan bahwa kondisi tanah kelahiran jauh
lebih menyenangkan daripada tempat dia tinggal saat ini membuatnya tak mampu
menikmati tempat barunya. Lagi-lagi ini terjadi karena sifat tertutup dan
enggan menerima perubahan. Bagi anda yang mengalami kasus ini ada baiknya anda
mulai mengenali tempat tinggal baru anda dengan mencari tahu daerah wisata yang
menyenangkan atau tempat-tempat keramaian yang mungkin tidak anda temukan di
tanah kelahiran anda. Yakinkan dalam hati bahwa setiap tempat akan menjadi
kenangan indah tak terlupa dan memberikan pengalaman yang berbeda-beda tanpa
membandingkannya dengan tanah kelahiran anda.
Nah, sahabat adakah
cara kalian yang lain untuk segera terbebas dari jebakan kenangan yang
menggalaukan?
0 komentar:
Posting Komentar