Social Icons

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jumat, 25 April 2014

Anak Shaleh/ Shalehah, Harapan Semua Orang Tua


Oleh Anisa Wijayanti

Seburuk apapun orang tua, pasti ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik, lebih baik daripada dirinya. Pada hakikatnya, setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci sebagaimana diriwayatkan dalam Hadis Bukhari  yang artinya Setiap anak dilahiran dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya? Merujuk pada hadis di atas, sebagai orang tua kita waib mengenalkan keimanan dan dasar-dasar ilmu agama kepada anak. Dengan pengetahuan agama yang baik, kita berharap anak mampu mengatasi persoalan hidupnya dengan keyakinan yang kuat bahwa dia tak pernah sendiri, Allah selalu bersamanya sehingga anak akan senantiasa diawasi betapapun kita tak bersamanya lagi suatu saan nanti.

Pengetahuan akan ketuhanan dan agama kita ajarkan kepada anak dari kecil. Mengajak anak mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang dibacakan ibu dan mengajaknya shalat lima waktu saat ibu akan melaksanakan shalat lima waktu menjadi salah satu contohnya. Intinya, segala tindak tanduk kitalah yang akan menuntunnya menjadi seseorang karena teladan adalah guru terbaik bagi anak. Namun, apakah suri tauladan yang baik itu cukup? Bagaimana dengan anak yang tetap saja membangkang walaupun sudah diajarkan kebaikan. Nah, untuk hal ini tampaknya sebagai orang tua kita patut mengoreksi diri.
Mendapatkan anak yang shaleh dan shalehah adalah sebuah proses panjang yang tidak hanya dimulai sejak anak itu lahir namun jauh sebelum itu. Jika kita menginginkan keturunan yang shaleh/shalehah maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan memilih pasangan yang shaleh/shalehah yang akan menjadi partner kita dalam mendidik anak. Tentu saat mendidik anak kita tak bisa melakukannya seorang diri tanpa support dari pasangan bukan?. Tahapan selanjutnya yang tak boleh dilupakan adalah membaca do’a sebelum bercampur untuk menghindari turutnya setan jika hubungan menghasilkan anak. Saat anak dalam kandungan, sang orang tua mulai mendidiknya dengan mengajarkan kebaikan. Anak dalam kandungan mampu mendengar dan merasakan detak jantung dari sang ibu. Sang ibu yang berlaku baik, ikhlas dan tidak emosional detak jantungnya akan lebih tenang daripada sang ibu yang senantiasa   mengumbar amarah. Perdengarkan bacaan Al-Qur’an yang dibacakan langsung oleh sang ibu juga akan membuat anak lebih tenang dalam kandungan. Saat bayi lahir, perdengarkan suara adzan dan iqomah lalu bersyukurlah dengan memotong hewan aqikah di hari ke-7 atau hari ke-14 dst, potong rambutnya lalu ditimbang dan dihargakan dengan emas yang kemudian uangnya dishadakahkan. Proses selanjutnya menjadi proses panjang tanpa henti bagi orangtua untuk menjadi teladan bagi sang anak dan membangun karakternya. Selain hal di atas, jangan lupa untuk memberikan hanya makanan dan minuman yang halal bagi sang anak.
Nah bunda, ternyata untuk mendapatkan keturunan yang shaleh/shalaehah butuh proses panjang seumur hidup kita ya, bukan hanya pada satu fase saat anak dalam kandungan atau saat anak masih balita saja. Bagi bunda yang punya pengalaman lain, boleh dishare dengan mengisi kolom komentar ya?  


0 komentar:

Posting Komentar