Sebuah mobil Avanza terparkir di
halaman rumah kami, beberapa waktu kemudian suamiku mulai membenamkan
koper-koper dan barang bawaan kami ke bagasi karena kami akan melakukan perjalanan
ke Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Ini merupakan tugas kedua kali suamiku
disana, sementara kami (aku dan janin yang ada di rahimku) baru pertama kali
menuju ke kota yang namanya bahkan baru kami dengar beberapa waktu lalu ketika
suamiku mengatakan kami harus ikut bersamanya ke sana.
Perjalanan
kami dilakukan di siang hari, sekitar pukul 13.30 WIB di hari Jum’at, 27 Juli
2012. Di sepanjang perjalanan jarang sekali kutemukan mobil yang berpapasan. Jalanan
menuju Kabupaten Lebong sangat sepi, ini dikarenakan Lebong bukan merupakan
kota yang menjadi perlintasan menuju kota yang lain. Lebong merupakan kabupaten
terluar kota Bengkulu yang jalanannya terputus di perbukitan hutan lindung.
Jalan yang kami lalui terlihat bagus, namun ternyata kualitas jalan yang kami
lalui kurang baik sehingga perjalanan di sepanjang hutan yang berkelok-kelok
seringkali membuat mobil harus memelankan lajunya saat menemukan jalanan yang
bergelombang dengan lubang yang tak terlihat secara kasat mata bahkan terkadang
mobil kami harus berhadapan dengan selokan yang memotong jalan. Istimewa.
Sebuah perjalanan baru yang menakjubkan bagi kami menyusuri kota-kota baru yang
tak pernah kami lalui.
Perjalanan
berlangsung sekitar lima jam. Menurut suamiku perjalanan yang normal dari
Bengkulu ke Lebong biasanya sekitar 4 jam namun karena kondisku kini tengah
hamil maka mobil yang kami tumpangi dijalankan lebih pelan. Sesampainya di sana
kutemukan kota dengan penduduk yang tidak terlalu banyak dan pusat kota yang
masih sepi. Kendaraan umum disini umumnya adalah bentor (becak motor) dan mobil
bak terbuka yang sedikit disulap menjadi layaknya sebuah angkot. Hampir setiap
pagi kutemukan wajah-wajah cerah berangkat penuh semangat menuju sekolah
menggunakan kedua kendaraan itu, sesekali terlihat ibu-ibu pulang dari pasar
menggunakannya.
Sedikit mengenai Kabupaten Lebong jika ditinjau secara
geografis, ilkim dan mata pencaharian penduduk serta sosial budayanya adalah sebagai berikut.
Kabupaten Lebong terletak pada 1010 sampai dengan 1020
bujur timur dan 02065’ sampai dengan 0306’ lintang
selatan. Adapun wilayah Kabupaten Lebong berbatasan langsung dengan
Propinsi Jambi disebelah utara, Propinsi Jambi dan Sumatera Selatan
disebelah timur, Kabupaten Bengkulu Utara disebelah barat dan Kabupaten
Rejang Lebong disebelah selatan.
Kabupaten Lebong memiliki luas sekitar 273.131 ha yang
terdiri dari 13 kecamatan. Selanjutnya dari total luas kawasan hutan di
Kabupaten Lebong, dimana sekitar 50 persen merupakan hutan negara (BPN Lebong)
Ssst memang sesuai dengan yang terlihat di sepanjang perjalanan ya..Iklim di
Kabupaten Lebong cukup dingin, dengan udara yang sejuk. Udara sejuk didapatkan
dari hutan-hutan yang mengelilinginya. Data yang diperoleh dari Stasiun
Geofisika Kepahiang, hari hujan di Kabupaten Lebong Pada Tahun 2010 rata-rata
mencapai 19 hari hujan per bulan. Bulan Oktober dan November merupakan bulan
dengan hari hujan terbanyak, sedangkan di bulan Juni merupakan bulan dengan
hari hujan paling sedikit. Jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya, tahun
2010 termasuk rendah. Suhu udara di
Kabupaten Lebong sepanjang tahun 2010 tidak jauh berbeda jika dibandingkan
tahun 2009. Pada tahun 2010 suhu udara maksimum di Kabupaten Lebong setiap
bulannya berkisar antara 29-30 derajat celcius dengan rata-rata temperatur
berkisar 23,8 derajat celcius setiap bulannya.
Mata pencaharian penduduk Kabupaten
Lebong beraneka ragam, namun karena sebagian besar wilayahnya adalah hutan dan
pertanian maka mata pencaharian penduduk paling besar adalah sebagai petani (85%), selanjutnya disusul
dengan pertambangan (0,5%), industri (0,5%), PNS (1,5%), pedagang (2%), dan
yang lain (11,5%), karena keterbatasan lapangn kerja di Kabupaten Lebong maka
12%-nya adalah pengangguran. Sosial budaya Kabupaten Lebong merupakan campuran budaya
asli dan pendatang dari daerah lain, misalnya dari Jawa, Sunda, Minang, dan
lain-lain.Walaupun masyarakatnya cukup heterogen namun semangat kekeluargaan
masih sangat erat, hal ini terlihat masih adanya semangat gotong royong dan
tidak adanya konflik antar etnis.
Sekitar sepuluh hari kuhabiskan waktu di bulan Ramadhan di kota ini. Hampir setiap pagi buta terdengar suara remaja membangunkan sahur dengan bedug dan pentungan menggunakan pengeras suara di mesjid, sangat bising terdengar. Tapi tentunya bermaksud baik untuk membangunkan ibu-ibu memasak mempersiapkan santapan sahur bagi keluarganya. Penduduk di kota ini cukup ramah, hanya saja aku sedikit kesulitan dalam berkomunikasi karena walaupun menggunakan bahasa Indonesia, logat mereka yang cepat membuatku agak kesulitan memahaminya. Itulah sepenggal cerita dari sebuah kota yang baru aku singgahi, Kabupaten Lebong di salah satu ujung Provinsi Bengkulu.
0 komentar:
Posting Komentar