Oleh : Anisa Wijayanti
Dua
tahun yang lalu, saat aku masih duduk di bangku kelas tiga sebuah SMA, hampir
sebagian besar anak yang seangkatan denganku mulai bingung, bingung dengan apa
sesungguhnya yang kami cari dalam hidup kami selama ini, apa sesungguhnya yang
kami inginkan dan jalan mana yang harus kami ambil untuk menapaki masa depan. Kami
bingung, karena kami saat itu punya banyak mimpi, mimpi yang belum pasti, untuk
masa depan kami.
Di masa-masa menjelang akhir studi
kami, beragam tawaran dan pemberitahuan dari berbagai perguruan tinggi baik
swasta maupun negeri mulai kami terima, kami seperti mendapatkan uluran tangan
yang sangat banyak dan mungkin menjanjikan masa depan yang baik, tapi kami
sendiri bingung, dengan pilihan mana yang harus kami ambil.
Pada saat-saat inilah, aku mulai
mencari sosok yang bisa mengarahkanku untuk mengambil jalan demi masa depan
yang baik untukku, aku bertanya pada orang tua, guru, pembimbing di sekolah,
teman, saudara, dan masih banyak lagi
orang yang kudatangi untuk berkonsultasi. Namun, pada satu ketika, aku berada
pada titik kebingungan yang amat sangat, aku harus segera memutuskan jalan mana
yang harus kuambil, aku tak mau lagi bertanya pada siapapun, karena semakin
banyak orang yang kudatangi, aku malah semakin bingung dengan berbagai saran
yang berbeda satu sama lain.
Di saat yang sama, Ujian Akhir
Nasional semakin dekat, kebingunganku makin bertambah dengan ketakutan bahwa
ternyata aku tak bisa lulus ujian dan tak kan punya masa depan, saat itu aku
berfikir, siapa sesungguhnya yang bisa menolongku melewati masa-masa sulit ini?
Siapa yang bisa menawarkan setitik ketenangan dan keyakinan untukku? Akhirnya
munculah jawaban, aku tak seharusnya bertanya pada manusia, siapapun itu,
manusia tetaplah tak pernah tahu apa yang terbaik untuk dirinya, apalagi untuk
orang lain, aku memutuskan untuk bertanya kepada Alloh, aku melalui
masa-masa akhir di sekolahku dengan sholat hajat dan istikhoroh, memohon
pertolongan, ketenangan dan jalan yang terbaik, itu tak kulakukan hanya pada
satu malam, aku butuh waktu yang lama sampai akhirnya Alloh mengirimiku
jawaban, satu malam, dini hari setelah sebelum tidur aku sholat istikharoh, aku
mendengar bisikan bahwa aku harus memilih Pendidikan Matematika, aku kaget
karena saat istikhoroh aku bertanya harus mengambil program Keperawatan ataukah
Bahasa Inggris, kenapa jawabannya jadi Matematika?
Malam
berikutnya, aku Sholat Istikhoroh lagi, aku mengatakan “ Alloh, jangan Kau
kirimkan jawabanmu-MU hanya lewat mimpi, aku terlalu bodoh untuk memahami dan
meyakininya” Pagi harinya, secara tidak sengaja aku bertumu salah satu guru
yang cukup dekat denganku, tanpa kuminta tiba-tiba ibu berkata bahwa aku
sebaiknya mengambil Program Studi Matematika, sungguh kuyakin, ini bukan satu
kebetulan, karena tak ada satui kejadian kebetulan tanpa arti di dunia ini,
semua telah dirancang oleh-NYA.
Akupun
memutuskan bahwa aku akan mengambil Program Pendidikan Matematika di
Universitas Pendidikan Indonesia melalui jalur PMDK, aku mengirimkan formulir PMDK dengan keyakinan yang amat
bulat, tanpa keraguan sedikitpun, aku yakin inilah jawaban dari pertanyaanku setiap
malam kepada Alloh. Setiap ada tawaran tes lain ke berbagai perguruan tinggi
aku tak tertarik lagi, aku yakin AKU TAK PERLU MENCARI JALAN LAIN LAGI.
Setiap
ada orang yang bertanya kenapa aku tak mengikuti tes ke perguruan tinggi yang
lain, aku hanya mebjawab dengan senyum keyakinan saja, dan ternyata, saat
pengumuman PMDK, aku memang diterima, inilah jawaban sesungguhnya dari
pertanyaanku pada Alloh, kini aku sudah menjadi mahasiswi dari universitas
tersebut, meski sebagian besar teman-temanku tak begitu bangga kuliah di sana,
tapi aku bangga, aku bangga karena aku bisa menjalani pilihanku, yakin bahwa
ini adalah jalan yang terbaik, karena yang kujalani bukan sekedar jawaban dari
manusia, tapi jawaban dari Alloh, penggenggam semua kejadian, mulai saat itu,
aku menyadari bahwa sesungguhnya tempat bertanya yang terbaik bagi manusia
hanyalah Alloh, karena hanya Dialah Yang Maha Mengetahui segala hal yang
terbaik untuk kita selaku umat-NYA.
0 komentar:
Posting Komentar